Selasa, 16 September 2008

Menjadi Guru yang Dekat dengan Siswa



Pada hakekatnya, guru merupakan orang tua kedua bagi siswa saat mereka ada disekolah. Sesuai dengan peran orangtua di rumah, guru juga harus mendidik siswanya dengan kasih sayang. Sayangi siswa seperti menyayangi anak sendiri.

Seorang guru tidak bisa memaksakan anak didiknya untuk mengerti dia. Tetapi guru yang harus berusaha mengerti mereka. Guru harus bisa masuk dalam dunia anak-anak. Bukan anak-anak yang dipaksa memasuki dunia guru.

Guru agar bisa dekat dengan siswanya, dia harus bisa mengambil hati atau perhatian mereka. Banyak cara yang bisa digunakan. Misalnya, guru dalam mengajar sering diselingi dengan cerita-cerita agar tidak membosankan. Selain cerita, guru juga bisa bercanda agar suasana pembelajaran menjadi santai dan tidak kaku. Guru juga harus kreatif dalam mengajarkan materi sehingga siswa merasa nyaman dan bisa belajar dengan aktif.

Selain itu, seorang guru sebaiknya jangan memulai pembelajaran sebelum suasana kelas tengan dan siswa dapat dikendalikan. Karena sebagus apapun cara kita mengajar apabila siswa belum dapat dikendalikan, materi tidak akan pernah tersampaikan dengan baik.

Selain interaksi dalam kelas, guru juga harus memanfaatkan waktu lain untuk bisa dekat dengan siswa. Misalnya, saat jam istirahat tidak ada salahnya guru menghabiskannya bersama siswa. Sambil beristirahat bersama siswa, guru bisa mengajak mereka bercerita, mengobrol sambil makan jajan. Cara ini cukup efektif untuk dapat mendekati siswa karena akan menghilangkan jarak guru dengan siswa sehingga suasana akrab bisa dimunculkan.

Hal-hal di atas akan dapat mendekatkan guru dengan siswa apabila dilaksanakan dengan hati dan penuh kasih sayang. Seorang guru harus menjadi sosok yang penuh kasih sayang, akrab, dan tentunya dapat menjadi contoh untuk siswa. Jadilah guru terbaik untuk masa depan anak didik yang terbaik.

Minggu, 14 September 2008

Menghindari Kelainan Orientasi Seksual pada Anak

Menghindari Kelainan Orientasi Seksual pada Anak

Kisah penjagal asal Jombang Jawa Timur, Feri Idam Heryansyah alias Ryan cukup mengagetkan semua orang. Bahkan hampir dua bulan kasus ini berlalu, masih santer saja dibicaraan orang. Semua orang ingin tahu akan berkembangan kasus ini. Mulai dari pejabat sampai orang biasa.
Selain mengagetkan semua orang, kasus yang melibatkan kaum homo seksual (kaum pecinta sejenis) ini juga menjadi peringatan bagi orang tua terhadap anak-anak mereka. Wajar memang, sebagai orangtua kita takut dan kuatir kalau-kalau anak kita mengalami hal yang sama seperti Ryan. Karena Ryan juga merupakan produk dari sebuah keluarga yang bisa disebut sebagai "produk gagal".

Apabila dirunut mengapa Ryan menjadi orang yang sangat kejam semacam itu disebabkan karena kelainan seksual dalam dirinya. Secara psikologis orang yang mengalami kelainan orientasi seksual akan selalu merasa malu, berdosa, menyalahan diri sendiri dan kondisinya sehingga menyebabkan penderitaan dalam dirinya. Berbagai macam perasaan yang bergejolak tersebut menyebabkan dia memiliki karakter puncak yang tidak terduga. Dalam kasus Ryan dia menjadi pembunuh berdarah dingin atau psikopat.

Terjadinya kelainan orentasi seksual pada manusia, secara garis besar disebabkan oleh dua faktor.
Faktor Pertama adalah kelianan kromosom sejak dia dilahirkan. Pada saat manusia masih daam kandugan, pada awal-awal kehamilan, si janin memiliki dua kromosom yakni kromosom laki-laki (X,Y) dan kromosom perembuan (Y,Y). Kedua jenis kromosom ini pada awalnya adalah satu kesatuan yang akhirnya membelah/berpisah sesuai jenis kelamin si janin. Apabila si janin berjenis kelamin laki-laki maka kromosom X,Y yang bertahan dan kromosom Y,Y terbelah kemudian mati, dan sebaliknya. Namun, kadang dalam proses perpisahan dua jenis kromosom ini tidak berjalan dengan sempurna (gagal berpisah) yang menyebabkan kelainan seksual pada janin setelah dia lahir. Apabila dia laki-laki akan mempunyai sifat seperti perempuan (banci) dan jika perempuan akan mempunyai sifat seperti laki-laki (tomboy).

Faktor kedua adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan terdiri atas dua jenis yakni lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Dalam lingkungan keluarga seorang anak akan mengalami kelainan orientasi seksual apabila dia selalu dihadapkan pada masalah keluarga yang bisa memicu perubahan diri dalam menyalurkan naluri seksualnya. Misalnya kedua orangtuanya tidak rukun dan selalu bertengkar bahkan dia sering melihat kedua orang tuanya saling pukul. Jika dia seorang laki-laki dia akan membenci laki-laki dan akan lebih suka menjadi perempuan atau dia akan membenci wanita dan lebih mencintai sesama jenisnya. Apabila dia perempuan dia akan membenci laki-laki dan ingin melindungi wanita sehingga dia akan memilih untuk menjadi lesbian. Contoh lain, apabila seorang anak perempuan selalu diperlakukan layaknya anak laki-laki oleh orang tuanya atau seorang anak laki-laki diperlakukan seperti anak perempuan maka hal ini akan memicu kelainan seksual pada anak.

Faktor dari lingkungan masyarakat misalnya adalah, seorang anak pernah mengalami trauma psikologis pada dirinya. Contoh, seorang anak pernah diperlakukan secara tidak wajar oleh orang dewasa yang mengalami kelainan orientasi seksual sehingga mempengaruhi jiwanya. Pergaulan yang terlalu dekat seorang anak dengan teman sejenisnya juga dapat memicu kelainan seksual. Misalnya seorang anak mempunyai teman dekat. Mereka sering pergi berdua bahkan sering tidur bersama. Karena kedekatan mereka yang tidak wajar, menyebabkan mereka merasa saling memiliki dan membutuhkan. Hal ini juga akan menyebabkan saling ketertarikan dan memicu kelainan orientasi seksual mereka.

Sebagai orang tua kita harus mengetahui hal-hal diatas dan segera bertindak apabila ada tanda-tanda kelainan orientasi seksual pada anak kita. Ada dua tindakan yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk menghindari kelainan pada anaknya, yaitu:
Pertama, apabila sejak lahir anak kita ada tanda-tanda kelainan seksual segeralah bantu anak kita dalam menemukan jati dirinya. Jika dia berjenis kelamin laki-laki perlakukan dia seperti laki-laki dan bantu anak kita untuk menjadi laki-laki sejati. Apabila dia berjenis kelamin perempuan bantu anak kita untuk menjadi perempuan sejati dengan memperlakukan dan mendidik dia sebagai anak perempuan.

Kedua, kita sebagai orangtua harus memperlakukan anak kita sesuai jenis kelaminnya. Jangan sekali-kali kita memberikan mainan anak laki-laki kepada anak peremuan kita, juga sebaliknya. Kita juga harus menjadi contoh yang baik bagi anak-anak kita sehingga tidak menimbulkan kekecewaan anak pada orangtua dan memicunya untuk membenci salah satu jenis kelamin manusia.

Orang tua juga harus selalu memantau pergaulan anak-anak kita. dengan siapa saja dia berteman, dimana biasanya dia dan teman-temannya berkumpul. Bahkan sebaiknya kita mengenal semua teman-teman anak-anak kita. Apabila anak kita sudah sering menginap bersama walaupun dengan teman sejenis, apabila sudah ada tanda-tanda aneh segeralah bertindak. Pastikan anak-anak kita baik-baik saja dengan mengajak mereka berdialog. Jika perlu segera konsultasikan kondisi anak kita kepada psikolog untuk membantu kita dalam mencari solusi.

Terpenting dalam mendidik anak adalah, didiklah mereka dengan kasih sayang. Jangan menjadi orangtua yang kaku dan otoriter karena akan membuat anak menjadi terkekang dalam keluarga. Akibatnya mereka akan mencari kasih sayang ditempat dan bisa menyebabkan salah pergaulan. Kuncinya didiklah anak-anak kita dengan kasih sayang. (dari berbagai sumber)

Mengenai Saya

Foto saya
orang bilang sih cantik (hehe...soale tak paksa) gemar menulis, gemar membaca, gemar makan, gemar melamun, gemar nglayap, gemar tidur, pokoknya yang asik2 suka deh. aku sekarang jadi guru...terpaksa daripada dibilang pengangguran, tapi itu sementara kok. nanti saat waktunya tiba aku akan jadi presiden, haha dalam mimpi kali. yang pasti, aku adalah manusia jauh dari sempurna yang tetap mencoba, berusaha, latihan, berdoa, untuk menjadi lebih baik dan diridhoi Allah. InsyaAllah. Amin....